4 Komentar

Tragedi Di Hari Anak Nasional

Ini hari, 23 Juli 2010, adalah hari anak nasional di Indonesia.

Aku bersama kawan-kawan aktivis anak yang selama ini tidak pernah ikut-ikutan untuk memperingatinya lantaran tanggal tersebut adalah tanggal kelahiran anak Soeharto, mantan presiden RI, pada hari ini tiba-tiba merasakan sesak di dada.

Berdasarkan pemberitaan, Anak-anak yang mewakili berbagai wilayah di Indonesia yang tengah melangsungkan Kongres Anak Indonesia (21-24 Juli) di Pangkal Pinang, telah menghasilkan delapan butir pernyataan. Pada tahun-tahun sebelumnya, hasil rumusan diskusi akan dibacakan pada puncak peringatan Hari Anak yang dihadiri oleh presiden. Sayangnya, “Suara Anak Indonesia” demikian tajuk dari delapan butir itu disebut, tiba-tiba dibatalkan oleh panitia untuk dibacakan di depan SBY. Alasan panitia ada perintah dari Istana.

Ini tentu saja bukan persoalan remeh. Di tengah arus global penghargaan dan perlindungan terhadap hak-hak anak, suara anak untuk didengarkan menjadi salah satu yang menjadi perhatian. Pertemuan PBB saja sudah menghadirkan anak-anak. Lha, sekarang, ketika wakil anak sudah bersiap, sudah melakukan gladi resik, tiba-tiba dibatalkan. Dan alasan yang sama sekali tidak masuk akal dikemukakan: Acara sudah terlalu padat. Padahal untuk membacakan pernyataan itu hanya lima menit saja. Hal ini secara tegas menunjukkan penguasa tidak memiliki perhatian terhadap anak-anak, apalagi berkenan mendengarkan suara mereka, termasuk di Hari Anak Nasional. Omong kosonglah bila mereka memberikan berjuta alasan.

Kekecewaan dan kemarahan atas pemberitaan tersebut yang tersebar di berbagai status para aktivis hak anak di Facebook, kemudian semakin memuncak sekaligus merasakan kemuakan tatkala pada peringatan HAN yang berlangsung di Taman Mini, Seorang Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menoyor seorang bocah perempuan sembilan tahun lantaran dianggap menghalangi jalan presiden.

Memang kemudian, kasus penoyoran yang lebih banyak diungkap oleh berbagai media. Kasus pembatalan anak-anak membacakan pernyataan anak yang disusun berdasarkan hasil diskusi anak, terlewatkan. Apakah ini dianggap bukan hal yang penting?

Dua peristiwa yang menciderai anak-anak Indonesia, tepat  di hari anak itu dan dalam perayaan hari anak benar-benar bukan persoalan remeh. Child Protection Policy yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh berbagai organisasi yang bekerja untuk anak telah menjadikan tindakan kekerasan terhadap anak sebagai kejahatan yang bisa berujung pada pemutusan hubungan kerja.

Maka, memang, hari ini lebih tepat disebut sebagai hari Tragedi Anak Nasional. Kita menunggu, atau selayaknya menuntut agar presiden SBY meminta maaf kepada anak-anak Indonesia!!!

Bukankah selama ini presiden selalu mudah dan rendah hati untuk meminta maaf. Mengapa tidak untuk anak-anak? Meminta maaf pada anak-anak bukanlah hal yang memalukan atau merendahkan harga diri!!!

_____________________


4 comments on “Tragedi Di Hari Anak Nasional

  1. saya juga sependapat, ininamanya mencederai hak anak. bukankah pembacaan pernyataan itu kan mewakili isi hai anak – anak. bagaimana mau membuat kebijakan yang sesuai dengan suara hati anak – anak jika mendengar saja tidak?

  2. Itulah tantangan kita ke depan agar suara anak-anak bisa didengar.. Anak tidak cukup hanya dipuji, dan dibesar-besarkan hatinya sebagai calon pemimpin masa depan, tanpa memperhitungkan suara-suara mereka di dalam mengambil keputusan.. Salam Linda..!

  3. saya sangat kecewa saat saya mendengar kawan saya yang ikut dlm acara tersebut ,, ia mencritakan hal ini .. saya yang td nya adalah pserta dri acra ini(calon pemimpin muda dri DKI JAKARTA) tdk jdi di brangkatkan karna dana dri pemerintah tdk mencukupi .. pdhl saya melihat di koran bahwa pemerintah tlah menurunkan dana untuk perwakilan anak dri DKI , tapi mengapa tak sampai ???????? dan trnyata seandainya saya ikut maka bgni hasil yg tlah di dapt hanya kekecewaan , dan dgn alasan yang gak jelas ..

  4. […] yang menjadi salah seorang peserta dengan pelaku yang diduga sebagai anggota Paspampres (lihat di SINI dan di […]

Tinggalkan komentar