Tinggalkan komentar

Tugas Dari Pak Kades

TUGAS DARI PAK KADES
Odi Shalahuddin

Pagi hari,
di atas batu, tengah sungai desa Rangkat
airnya jernih, dingin, segar berbasuh muka
gemericik air lewat, memecah pada batu, membangun buih-buih putih
menari mencari jalan, berhimpun dalam bayang, dan jatuh sebagai air terjun
rimbun hijau pepohonan di segenap ruang bukit
bangkit berdiri tegap, dipermainkan angin semilir
aku berdiri, di atas batu
memainkan udara dalam rongga nafasku
sambil melukis langit dalam bayang
 
ah, belum seluruh ruang terjelajahi
dengan wargapun baru bersapa pertama
belum sempat berbincang di pos hansip atau di warung kopi
tapi sudah harus segera pergi lagi
walau tak lama,
karena ada tugas dari Pak Kades

Sungguh, tak terbayangkan. Setelah mengambil keputusan untuk menjadi guru di Desa Rangkat, dan baru saja berkenalan dengan para warga, mengikuti upacara bendera setengah tiang, malamnya Pak Kades telah memanggil.

Pak Kades menyerahkan map. Isinya surat tugas, tiket, peta, dan amplop.

”Lho, Pak,”

”Sudahlah, ini sudah disepakati warga desa. Memang seharusnya,”

”Tapi belum teruji. Saya belum melakukan apa-apa,”

“Kami percaya,”

Diam.

Istri Pak Kades masuk dengan membawa dua cangkir kopi. Melempar senyum kembali ke dalam. Terlihat Jingga mengintip dari balik tirai.

Berat rasanya. Bukan lantaran surat tugas ini tidak menyenangkan. Sama sekali tidak. Bahkan sangat menyenangkan. Bahkan menjadi impian banyak orang. Bahkan ada orang berani melakukan apapun untuk mendapatkannya. Bahkan…

Pak Kades memberi surat tugas untuk melakukan studi banding ke negara lain.

“Mari silahkan,”

Tak menunggu, langsung meraih cangkir berisi kopi yang memang sudah kuharap. Kopi buatan Bu Kades sudah menjadi bahan perbincangan di Desa Rangkat bahkan sampai keluar daerah. Memang, benar kata orang, bahan bisa sama, tapi rasa berbeda, lantaran tangan dan rasa pembuatnya. Seperti sambal, begitu pula.

Ah, memang beda.

”Kopinya nikmat sekali,” pujian.

”Ah, biasa saja.”

”Sungguh, Pak Kades,”

Pak Kades tersenyum.

”Jadi?”

”Saya terima Pak Kades. Ini penghargaan yang luar biasa bagi saya. Terima kasih atas kepercayaannya,”

”Saya kira ini penting bagi para guru. Studi banding. Pasti lebih berharga. Karena para guru tentunya tidak senang berbelanja. Bisa menyerap ilmu dari negeri tetangga, dan mempraktekkan di desa Rangkat. Jangan seperti anggota DPR-lah,”

“Sekali lagi terima kasih Pak Kades,”

Ya, itulah. Baru dua hari berada di desa Rangkat, sudah mendapat kepercayaan dari Pak kades untuk melakukan studi banding ke sekolah-sekolah di negeri tetangga. Bila tak sempat memberi kabar, tentunya karena keterbatasan dana yang tersedia. Kecuali bisa mendapatkan akses internet gratisan. Tapi pastilah akan berkabar. Amanah tentu harus dijaga.

Aku melompat ke pinggiran kali. Menyusuri jalannya. Menembus kabut tipis yang masih tertinggal. Harus mencari Pak Joko, pesan becak untuk mengantar ke pintu gerbang  desa Rangkat atau ke bandaranya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2010

Tinggalkan komentar